Rabu, 01 Juli 2009

BENARKAH ORANG YANG TIDAK MEMILIKI IMAM MATI KAFIR?

Dialog 2
Mereka bertanya:
Bukankah orang yang tidak membai’at atau tidak memiliki imam itu kalau mati, matinya mati jahiliyah?, bukankah dengan demikian orang itu kafir? Saya ingin anda menjawabnya dengan hadits-hadits dalam Kutubusittah yang sudah dimangkulkan dalam jama’ah !!!
Penulis menjawab :
Anda keliru dalam memahami hadits itu, mati jahiliyah bukan mati kafir, akan tetapi mati seperti matinya orang jahiliyah dahulu yang tidak punya imam.
Ketahuilah, orang jahiliyah sebelum kedatangan Islam senang berpecah belah, tidak memiliki pemimpin yang dipatuhi, dalilnya adalah ayat :
واعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا واذكروا نعمة الله عليكم إذ كنتم أعداء فألف بين قلوبكم فأصبحتم بنعمته إخوانا…
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah (yaitu jama’ah), dan janganlah kamu berfirqah-firqah, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara… (ali-Imron 103).
Setelah kedatangan Islam, mereka -para sahabat- menjadi bersaudara, maka ketika muncul permusuhan dan perselisihan setelah Islam karena fanatisme kelompok, maka mereka meniru keadaan dahulu yaitu masa jahiliyah. Oleh sebab itu tatkala kaum Muhajirin dan Anshor berselisih, seperti dikisahkan oleh Jabir bin Abdullah: Kami berperang bersama Nabi dan sekelompok kaum Muhajirin berkumpul bersama beliau. Di antara kaum Muhajirin ada seorang yang suka bercanda sehingga memukul pantat orang Anshor. Maka sangat marahlah sahabat Anshor tersebut. Sehingga masing-masing kubu saling berseru. Orang Anshor tersebut berkata: “Wahai orang-orang Anshor,” Orang Muhajirin berkata: “Wahai orang-orang Muhajirin”.
Nabi shallallahu’alaihi wasalam yang mendengar hal tersebut keluar seraya berkata:
“Ada apa dengan seruan Jahiliyyah ini?” [HR. Bukhori : 3518, 4905, 4907].
Nabi menyebut panggilan-panggilan itu sebagai seruan jahiliyah, sebab yang dikehendaki dari panggilan itu oleh mereka adalah perpecahan. Padahal panggilan ‘Muhajirin dan Anshor’ jika dijadikan panggilan biasa bukan seruan jahiliyah, bahkan Nabi sendiri sering memanggil dengan panggilan itu.
Tetapi orang-orang Islam yang berselisih, berperang dan bermusuh-musuhan dalam satu urusan ini, tidak serta merta dikatakan kafir seperti orang jahiliyah, bahkan Allah masih tetap memanggil mereka dengan keimanan, dengan firman-Nya:
وإن طائفتان من المؤمنين اقتتلوا فأصلحوا بينهما فإن بغت إحداهما على الأخرى فقاتلوا التي تبغي حتى تفيء إلى أمر الله فإن فاءت فأصلحوا بينهما بالعدل وأقسطوا إن الله يحب المقسطين
Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.(Al-Hujarat 9).
Allah pada ayat ini masih memanggil dua golongan yang berselisih itu dengan keimanan.
Maka demikianlah bahwa yang dimaksud dengan hadits: siapa yang tidak bai’at atau tidak punya imam jika mati, maka: مات ميتة جاهلية Maksudnya, ‘Mati seperti matinya orang jahiliyah dahulu yang tidak punya imam, bukan yang dimaksud mati dalam keadaan kafir”.
Diposkan oleh Rikrik Aulia Rahman waktu
11/24/2008 11:45:00 PM

1 komentar:

  1. Kalau mati Jahiliah itu masuk surga.... pertanyaannya itu: untuk apa ada para nabi yang menyelamatkan manusia dari kejahiliahan?....... PAKAI LAH OTAK MU MANUSIA BODOH

    BalasHapus